tiga perempuan, satu anjing berkaki tiga, dan kabin di atas bukit.
cerita pengalaman menginap di Querencia Farm & Cabin
__
Di meja gue ada delapan pot tumbuhan.
Gue juga nggak tahu sejak kapan, tapi hobi beli tanaman ini tiba-tiba datang gitu aja. Setelah sebulan kemarin sibuk dengan tanaman outdoor untuk di balkon, sekarang gue memenuhi sepenjuru kamar bagian dalam dengan makhluk ijo-ijoan ini. Hohoho.
Mudah-mudahan tanaman-tanaman ini sehat walafiat panjang umurnya sampai besar deh.
Ah, gue jadi inget. Di postingan sebelumnya gue ada utang untuk ceritain soal Querencia Farm and Cabin ya.
Jadi, dua minggu lalu gue ada kerjaan untuk menginap sekaligus mereview kabin di daerah Bedugul ini. Sewaktu gue lihat instagramnya, aduh, ini kayak rumah impian gue abis. Menyendiri di suatu tempat dingin. Memelihara yang kita suka, sambil melakukan pergerakan revolusi dari kamar tidur kayak Oasis.
Beuh, sebuah yang dinamakan anuan ituan sekali bukan?
Begitu sampai sana, gue disambut oleh satu perempuan seumuran dan anjing berkaki tiga. Perempuan yang ternyata owner-nya ini bernama Chrisya. Setelah berkenalan, gue jadi tahu kalau ini adalah tempat tinggalnya. Setelah delapan tahun bekerja di Jakarta, Chrisya merasa capek dan tidak menemukan alasan untuk melanjutkan hidup di sana. Berhubung dia bisa work from home, jadilah dia mengajak ibunya yang tinggal di Jimbaran untuk mencari tempat tinggal baru.
Sebuah tempat untuk mencari kedamaian.
Singkat cerita, sampai mereka membuat kabin ini. Rumah kecil di atas bukit daerah Bedugul.
Kalau dipikir-pikir, apa yang dilakukan Chrisya ini mirip apa yang gue lakukan di series Mencoba Tinggal. Bedanya, dia langsung beli tanah seluas kebon dan BIKIN RUMAH SENDIRI.
Ya, Chrisya, Ibunya, dan satu mbak-mbak pembantu membangun tiga kabin dan satu dapur di sini… sendirian. Tiga perempuan dan satu anjing berkaki tiga, membangun tiga rumah di atas bukit… lengkap dengan kebun penuh bunga.
Buset. Apa nggak pegel itu punggung?
Pada awalnya mereka hanya ingin menjadikan ini sebagai tempat tinggal pada umumnya. Jadilah mereka membikin bikin dua kabin kecil. Yang satu untuk si ibu, yang satunya tempat tinggal dan kerja Chrisya. Tapi, lama-kelamaan akhirnya kepikiran juga untuk disewa.
“Dari semua kehidupan gaya ini, yang baru aku tahu setelah ngerasain langsung adalah… ternyata capeknya di fisik.”
Chrisya kemudian menceritakan kejadian saat temannya datang dan merasa kagum dan iri, lalu ia memintanya mengangkat karung pupuk dan tanah untuk tempat berkebun selanjutnya. Dalam satu jam, temen-temennya kapok semua.
Dia ketawa mengingat kejadian itu. Gue juga ketawa, karena gue petualang sejati. Fufufufu.
Gitu doang, mah, paling 15 menit juga encok.
Setelah berbincang sebentar, dia izin kembali ke kabinnya di sebelah. Meninggalkan gue sendirian di teras. Dengan cuaca sejuk dan hamparan kebun bunga di bawah sana.
Setelah masuk dan memasak kopi, gue membawa gelasnya ke bawah. Duduk di tengah kebun. Di antara raised-bed yang berisi bunga-bunga yang gue tidak tahu namanya. Hanya diam, menarik napas, merasakan udaranya, melihat apa yang bisa gue lihat di depan–satu pohon besar, layangan yang terbang naik-turun, awan yang mendadak cerah. Lalu, gue nyengir lebar.
Ternyata, ada gue yang di lain di sisi lain dunia ini.
Lucu rasanya melihat gambaran diri kita sendiri pada tubuh orang lain. Setelah selama ini berpetualang, hidup sesuka hati begini, menemukan diri gue dalam sosok orang lain adalah bukti bahwa gue tidak sendirian.
Ternyata emang masih banyak orang edan di muka bumi ini, Bung.
Dan untuk bertemu salah satunya, rasanya seneng abis.
Seperti halnya gue, Chrisya mengorbankan semuanya untuk menjalani hidup seperti ini. Apartemennya di Kuningan. Tabungannya. Teman-temannya di Jakarta. Dan satu hal yang pasti: dia mempertaruhkan ketidakpastian di masa depan untuk menjalani ini. Saking was-wasnya, sekarang dia kerja di empat tempat berbeda. Katanya, she’s now going slow living at full speed.
Gue jadi ingat Talks episode dua yang gue upload beberapa waktu lalu. Di video itu gue bilang bahwa hal indah bukan untuk orang malas, dan ini jelas salah satunya. Ada kerja keras dan ambisi bahkan bagi mereka yang menjalani slow living.
Kenyataannya, slow living bukan cuma tentang hidup seperti apa yang kita lihat dalam board Pinterest. Estetik, keren, santai, dan hanya bisa dilakukan oleh simpenan om-om. Pemikiran inilah yang membuat gue bikin video soal itu untuk Querencia Farm and Cabin.
Hal lain yang menyenangkan dari tempat ini selain visualnya yang aesthetically pleasing adalah keberadaan ibunya Chrisya. Bu Selly, kalau nggak salah, sering banget datang sekadar untuk duduk dan mengobrol bareng.
Dia mengajak gue jalan keliling kebun, menjelaskan satu per satu yang dia tanam dengan mata berbinar. Mata milik anak-anak yang sedang mengejar mimpinya. Di satu tempat ia menyuruh gue mencium bunga mawar. Di tempat yang lain ia meminta gue menggosok salah satu daun, lalu menebak namanya dengan mencium aroma yang keluar.
Telapak tangan yang menjadi hangat… aroma khas ini… membuat gue dengan lantang menjawab, “Ah, gampang ini! Bau pantat saya!”
“Yup! Minyak kayu putih!” Si Ibu tertawa geli melihat respons gue, sekaligus nyuekin lawakan syahdu gue.
Lucunya, di tengah Bu Selly menjelaskan ini dan itu, gue jadi ingat ibu. Belakangan ini Nyokap juga mendadak sering upload berbagai bunga di Instagramnya. Lengkap dengan caption penjelasan soal bunga tersebut dalam bahasa inggris dan sumber jurnalnya.
Entah kenapa, tiba-tiba gue kangen aja gitu.
Bu Selly juga bercerita betapa gregetnya tamu yang datang karena ia hanya membangun satu kabin. Padahal, jika dilihat dari luas tanahnya, bisa aja mereka membangun sepuluh kabin di sini. Tapi, si ibu memilih opsi lain.
“Tujuan kita pindah ke sini kan biar tenang dan damai. Kalau pada akhirnya demi uang malah nggak tenang, itu yang kita nggak mau.”
Meski begitu, ia punya rencana menambah dua kabin lagi di tahun depan. Si ibu dan Chrisya juga punya ide agar orang bisa datang untuk piknik tanpa harus menginap. Tetapi, lagi-lagi, harus reservasi supaya orang yang datang terbatas. Sebelum pulang, si ibu juga mengajak gue ke dapur untuk minum jus buatannya.
Kalo lo pengin ketemu mereka, atau lagi cari tempat nginep di sekitar Bedugul, Querencia Farm and Cabin mungkin bisa jadi salah satu pilihannya. Langsung chat aja di DM yaa!
Kresnoadi DH,
out!
__
Kalau suka karya gue dan mau bikin gue rajin ngepost, bantu support dengan klik ini:
📝 Yang Gue Lakukan Belakangan Ini:
Beli tanaman hias indoor. Mulai dari pothos, syngonium, monstera, sampai anthurium.
Main bulutangkis.
Nontonin Playoff Mobile Legend. Ini postingan lama gue post juga gara-gara disambil nonton Onic VS RRQ. Hehehee.
Baca Webtoon Ordeal dan LEVIATHAN (yak, ini baru nemu lagi).
🧠 Yang Gue Pikirin Belakangan Ini:
Pengin jual DJI Osmo Pocket lewat e-commerce, tapi niat buat upload fotonya mager banget.
Sewaktu ngirim foto meja kondisi meja kerja penuh tumbuhan, temen gue ngomong di grup Whatsapp, “Wah, ini lo kayaknya bakal beberapa tahun ya di sana?” Apakah harus kita aminkan, Bung?
Sekarang pantat kiri gue sakit gara-gara bulutangkis.
📸 Foto-foto Belakangan Ini:





