life update dikit, tapi ternyata banyak.
mulai dari tontonan, lagu, buku, sampai bunga matahari yang tumbuh bunga!
__
Udah dua hari Denpasar hujan.
Ralat. Bukan hujan, tapi BADAI, BOS.
Alhasil, dari kemarin gue malas keluar. Maunya buka jendela dan pintu balkon, bikin minum hangat, lalu baca Webtoon seharian (by the way, ada webtoon mantab banget judulnya Ordeal).
Sekarang gue baru bangun, selesai mandi, dan baru siap memulai hari. Pukul dua siang? Masih cukup pagi ga sih buat weekend? Hehehee.
Ketika menulis ini, awan di luar gelap, tapi layangan sibuk beterbangan. Di sebelah laptop ada pisang goreng matcha yang baru sampai. Di sebelah kanan gue ada kopi tinggal seperempat gelas. Lagu yang gue dengar sekarang twiceyoung yang In The Evening Light.
Jadi, mari kita mulai beberapa update belakangan ini:
Satu. Ada beberapa “tulisan bener” yang belum selesai. Makanya dua minggu kemarin gue nggak update Newsletter ini. Hehehe. Maaf ya.
Dua. Gue baru tahu bahwa selama ini gue keliru memahami Ikigai. Selama ini gue pikir Ikigai adalah soal diagram yang populer itu. Bagaimana ikigai adalah pertemuan 4 diagram antara apa yang kita suka, apa yang kita jago, apa yang dibutuhkan dunia, dan apa yang bisa membuat kita dibayar. Sederhananya, Ikigai dalam diagram ini berarti menemukan sesuatu yang kita suka, merasa bermanfaat, sambil dibayar untuk itu—karena jago. Nah, di awal bulan ini, gue baru tahu kalau diagram tersebut tidak sepenuhnya benar. Bahwa Ikigai ternyata tidak harus sekompleks itu. Ikigai tidak perlu menekankan pada aspek ekonomi dan sosial kayak “kita dibayar buat apa” atau “hal apa yang dibutuhkan dunia”. Ikigai ternyata lebih simpel, yaitu bermakna. Udah. Ikigai tidak menyuruh kita untuk ngebisnisin apa yang membuat kita merasa hidup. Kita bisa aja suka gambar, atau merangkai bunga, atau ngacak-ngacak sampah (kali), tapi punya penghasilan dari pekerjaan lain. Ikigai membuat orang-orang Okinawa gak susah bangun pagi karena tahu bahwa bangun sejatinya adalah hadiah, bukan kewajiban. Dan itu esensinya: menikmati hidup, seremeh apapun tujuannya.
Tiga. Gue akhirnya ke Gramedia dan beli beberapa buku lagi. Hohoho. Dua komik, yaitu Heroes-nya Inio Asano dan 17-21-nya Tatsuki Fujimoto sebelum Chainsawman, serta dua novel Jakarta Sebelum Pagi-nya Ziggy dan Traveler's Tale-nya Gagasmedia. Semenjak baca Solanin, entah kenapa gue jadi demen ngecek rak komik. Pengin banget punya semua series-nya Goodbye Punpun karena kata orang itu one of the best literature, tapi belum ada tempat untuk nyimpennya (dan duit?). Hehehe.
Empat. Gue juga udah nonton Lost In Starlight. Ceritanya sederhana, tapi gambar dan karakternya bagus banget. Pengin nangis.
Lima. Beberapa hari lalu gue nonton videonya Goth Babe yang ini, dan gue memutuskan untuk melakukan micro adventure ke Querencia Farm. Ini adalah private kabin yang ada di Bedugul. Pemiliknya tinggal di sana juga, di sebelah kabin gue. Lo bisa liat cuplikan tempatnya sebagus apa di postingan ini. Kayaknya, cerita soal Querencia Farm ini bakal gue bikin postingan sendiri deh karena super seru!
Enam. Bunga matahari gue tumbuh 6 bunga baru! Kaget banget karena kemarin sempat ditinggal sewaktu ke Querencia Farm. Gue pikir bunga matahari gue adalah jenis yang cuma punya satu bunga, lalu ketika udah mekar akan mati gitu. Tapi ternyata jenis yang bisa berbunga banyak! Ga sabar bunga-bunganya jadi gede!
Tujuh. Beberapa tanaman lain kekeringan. Sad.
Delapan. Harusnya sore ini ke Kerobokan untuk cari pot tanaman-tanaman di balkon, tapi kok mager ya? Hehehe.
Sembilan. Lagi suka denger lagu-lagu tipikal Daniel Caesar. Apa karena belakangan cuaca hujan ya? Jadi adem dan enak. Hehehe. One of my fav: Superposition! Gitarnya John Meyer, plus suaranya si sesar, beuh. Ada yang punya rekomendasi lagu sejenis?
Sepuluh. Ini pertama kalinya gue Idul Adha sendiri, jauh dari rumah, dan sebagai minoritas. Gue salat di lapangan Renon. Agak lucu karena gue di sini nggak punya sajadah, dan ternyata di lapangan masih ada yang jual koran (ya, benda dari kertas lebar abu-abu yang isinya kumpulan berita, kalo lo gatau). Jadilah gue salat beralaskan koran dan kain seperti bapak-bapak jaman 2000an. Lebih lucu lagi, selesai salat, gue baru ngeh di balik kain tempat gue salat, halaman koran tersebut menunjukkan bagian cerpen mingguan di Jawa Pos. Gue langsung keinget zaman kuliah dulu, ketika gue rutin buka website yang mengklip cerpen-cerpen mingguan di berbagai koran. Awal gue belajar nulis dan membedah tulisan-tulisan sastrawan yang keren-keren dulu. Sepulang salat, di kosan gue iseng cari webnya. Ternyata masih ada! Namanya ruangsastra. Walaupun lupa-lupa inget dan merasa ada yang berubah, tapi gue hepi banget. Langsung deh nostalgia zaman-zaman dulu. Hohoho.
Sebelas. Sekitar pukul sembilan, gue video call ibu. Dia cerita banyak, tapi di tengah ngobrol, ada saudara yang datang. Jadilah obrolan kami terpotong. Begitu telepon dimatikan, gue masuk kamar dan tiba-tiba muncul perasaan mellow. Selain berpisah jarak, gue jadi sadar kalau hubungan gue dan Nyokap juga udah “berjalan jauh”. Udah lama juga gue bareng-bareng dia terus sampai ga sadar kalau sekarang udah sebesar ini. Udah punya kemauan sendiri. Udah punya mimpi dan jalan hidup sendiri. Apa ini namanya dewasa? Hehehe. Duh, beneran mendadak melow gini nih.
Duabelas. Ngomong- ngomong soal mellow, beberapa hari lalu gue sempat sedih. Fakta bahwa sekarang gue bekerja fulltme sebagai konten kreator membuat mau nggak mau, keuangan dan kehidupan gue di dunia nyata adalah cerminan dari angka-angka yang gue miliki di internet. Ketika video-video gue views-nya sedikit, ini akan berimbas pada kesempatan dan tawaran kerja yang sedikit juga. Artinya, keuangan gue akan sedikit juga dan modal gue untuk bikin segala macam karya lainnya akan kecil. Di sisi lain, gue nggak tahu kenapa semua angka ini belakangan jadi turun. Dan gue benci fokus ke arah sana. Fakta bahwa followers gue turun, video gue nggak ada yang nonton, ngebuat orang TikTok bilang bahwa akun gue nggak menarik—means, karya gue jelek. Dan itu artinya, gue di dunia nyata nggak layak bikin karya.
Terus terang gue nggak tahu apa penyebabnya, sampai gue mengetik ini, engagement gue terus turun tanpa atau dengan gue upload sesuatu. And that hits me, hard. Really. Bukan karena angkanya, tetapi karena somehow gue merasa gagal sebagai manusia. Kayak, emang gue sejelek itu ya? Rasanya kayak digampar bolak-balik sambil diteriakin, “pergi! Tempat lo bukan di sini!”
Menjadi konten kreator solo seperti gue ini juga berarti gue ga punya siapa-siapa untuk cerita. Teman-teman gue nggak akan paham rasanya. Nggak ada yang tahu betapa sepinya jadi konten kreator kecuali lo menjalaninya sendiri. But hey, sekarang gue udah oke kembali. Gue tahu lama-kelamaan semuanya akan kelihatan. Untuk sekarang, gue hanya perlu bertahan dan fokus sama lo yang tertarik sama apa yang gue bikin.
Tigabelas. Ternyata udah lama juga gue nggak cerita santai dan bebas kayak gini deh.
Empatbelas. Di antara miliaran manusia di dunia, di era internet ini, ketika semua teknologi membantu kita untuk saling terkoneksi satu sama lain, kenapa mencari terasa sulit?
Limabelas. Ada dua kawasan yang nggak penting 1) kawasan tertib lalu lintas, dan 2) kawasan dilarang merokok. Haloooo? Bukannya emang harusnya gitu ya???
Enambelas. Orang yang gue suka adalah orang yang passionate pada satu hal. Dan satu orang yang gue malesin: self serving bias. Salah satu ciri orang ini adalah selaluuuu nyalahin semua hal di sekitarnya kecuali dirinya sendiri. Contoh: ketika orang ini bawa motor, ngeluh “kenapa ya orang bawa mobil kampret semua? Gabisa ngalah apa sama pemotor? Panas kepanasan, hujan kebasahan. Lo mah enak dimobil!” eh giliran besoknya bawa mobil, tetep ngeluh: “kenapa ya pemotor itu kayak kampret? Gabisa liat apa mobil gede, lebih gampang kena macet dan stres! Ini motor kayak cendol semua nyelap-nyelip bikin tambah macet!” Giliran jadi karyawan protes pengen work life balance, giliran jadi bos protes kenapa karyawannya pada pengin work life balance.
Hadeeeehhhh. Sungguh menyebalkan dan bikin geregetan orang-orang begini. Bawaannya pengin diiket dilantai lalu dilindes pake buldozer.
Tujuhbelas. Saran: jangan lupa ngobrol. Ngobrol beneran. Pakai mulut, sama siapa aja. Percaya deh, lama nggak ngobrol bikin kita susah mengungkapkan perasaan, belibet, dan jadi semakin mengurung diri.
Delapanbelas. Buat yang nggak tahu, Series Talks udah jalan lagi! Sekarang udah episode lima, atau enam? Dan masih akan lanjut hohoho.
__
Udah kali ya? Niatnya dikit, kok tiba-tiba jadi panjang gini. Hehehe. Kalo lo, abis ngapain aja nih? Cerita dong di kolom komentar!
Kresnoadi DH,
Sign out.
__
Kalau suka karya gue dan mau bikin gue rajin ngepost, bantu support dengan klik ini:
📝 Yang Gue Lakukan Belakangan Ini:
Lah itu yang gue tulis semuanya apa, Bung?
🧠 Yang Gue Pikirin Belakangan Ini:
“Mereka yang mau kembali terlihat jelek untuk mencoba, adalah orang-orang yang berani.”
📸 Foto-foto Belakangan Ini:








Wahh semngatt terus yaa berkarya nyaa jangan berhenti, udh bagus bagus bngt kok, cuman orang-orang belum nemuin aja.
Kata kata dari aku,
Seengganya sebagian hidup kita ada seseorang yang ingin ia hidup disana.