Jika Hidup Adalah Roti, Mungkin Yang Perlu Kita Lakukan Adalah Menikmatinya Sebelum Kadaluarsa.
pertanyaan gara-gara roti basi.
__
Ada berita duka pagi ini.
Roti sourdough yang gue beli seharga 40 ribu beberapa hari lalu, pagi ini dipenuhi bintik jamur. Gue mengangkat plastiknya tinggi-tinggi. Mencari apakah ada satu dua potong yang masih bersih dari bercak hijau kebiruan itu.
Namun, pola jamur ini terlalu acak. Setelah mengamati, gue menemukan satu potong yang hanya terdapat jamur di sisi pinggirnya. Gue sobek bagian itu, lalu menggigit si roti yang sudah alot.
Ada hening yang cukup lama saat gue mengunyah. Rasanya seperti ada kejutan listrik kecil di dalam dada dan itu bikin otak gue konslet. Bengong tapi mikir tapi kayak, “Hah? Jamuran? Sekarang? Sebelum gue sempat makan?”
Lalu, seperti orang-orang yang dipenuhi penyesalan di dalam film, muncul flashback ke lima hari yang lalu, ketika gue membeli sourdough itu. Diiringi berbagai pertanyaan mulai dari mengapa gue bela-belain beli sourdough padahal biasanya sari roti tiga belas ribuan. Kenapa di hari-hari berikutnya gue malah sarapan dengan nasi kuning. Kenapa di saat ini, ketika gue nggak beli sarapan, ketika gue butuh, rotinya udah terlanjur basi?
Roti dimulut sudah habis tertelan. Seplastik roti gue lempar ke tempat sampah.
Gue tahu ini cuma roti dan gue memang lebay (hehe), tapi… YAKAN INI EMPAT PULUH RIBU, COY!
Empat puluh ribu yang dibuang gitu aja ke tempat sampah karena jamur brengsek.
Gue jadi mikir, dari mana ya datangnya si jamur ini? Kenapa di roti gue tiba-tiba bisa tumbuh jamur? Dan sebuah pertanyaan yang paling krusial: kenapa, ya, di dunia ini ada kadaluarsa?
Well, ya gue tahu, sih, jamur itu bisa muncul berkat serangkaian proses biologis. Dari spora yang beterbaran di mana-mana, menempel ke atas roti, nyemilin nutrisi di dalemnya, dan jadi deh tuh bintik-bintik begitu. Kayak daur hidup jamur pada umumnya aja. Kita yang membusuk pun pada akhirnya akan “dimakan” juga oleh dekomposer. Digerogoti belatung, ditempeli jamur, dan berakhir jadi pupuk di dalam tanah.
Tapi, tetap aja… kenapa di dunia ini harus ada jamur? Kenapa mesti kadaluarsa? Kenapa nggak abadi aja gitu? Kan enak kalau makanan bisa disantap kapan aja. Kalau udah keburu kenyang dan masih ada sisa, kita bisa simpan lagi tanpa takut basi.
Atau… memang di situ letak fungsinya? Tuhan menciptakan jamur yang bikin makanan-makanan ini basi agar kita tahu seberapa besar porsi kita.
Untuk belajar rasa cukup.
Dari hari ke hari.
Kalau terbiasa dengan setengah porsi nasi, gak perlu maksain beli satu porsi dan pada akhirnya dibuang juga. Kalau cukup dengan satu piring, ya nggak perlu nyiapin dua porsi buat besok. Besok aja beli lagi. Sujiwo Tejo bahkan lebih brutal lagi. Dia bilang kalau kekhawatiran kita soal besok bisa makan atau nggak itu salah satu bentuk penghinaan Tuhan. Karena kita “nggak percaya sama Sang Pencipta.”
Kadaluarsa ini ngingetin gue kalau yang sekarang ya cari cukupnya sekarang. Yang besok akan datang di besok. Ternyata, menimbun sesuatu tidak selamanya berarti baik.
Kalau dipikir-pikir, hidup ini sejatinya juga begitu. Seperti halnya roti, hidup juga ada masanya. Kita akan tumbuh dan menua dan tanpa sadar, ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan ketika kita tua. Kita mungkin udah gak bisa lari sekencang dulu. Udah nggak bisa berenang atau mendaki gunung. Fisik kita pasti menurun. Di titik tertentu, sel-sel di tubuh kita akan rusak setiap kali bangun tidur. Kita bisa kadaluarsa. Kita pasti kadaluarsa.
Makanya, mau itu sourdough empat puluh ribu atau sari roti di Alfamart, sebelum kadaluarsa, yang bisa kita lakukan adalah menikmati yang kita punya.
Ya nggak sih?
Kresnoadi DH,
out!
__
Kalau suka karya gue dan mau bikin gue rajin ngepost, bantu support dengan klik ini:
📝 Yang Gue Lakukan Belakangan Ini:
Akhirnya, for the first time ke Nusa Ceningan! Uhuuyy! Akan bikin 2 video sekaligus kasih itinerary lengkap buat kalian yang mau ke sana. :p
Bahu kanan gue sakit banget! Kayaknya gara-gara salah tidur deh. Huhuhu.
Beberapa hari lalu sempet mimpi sampe kebangun gara-gara ngeledekin orang di dalem mimpi. Gue bilang, “Ciyeeee korengannn~” Sungguh absurd dan hati penuh kebencian sekali, Bung.
🧠 Yang Gue Pikirin Belakangan Ini:
Pengen beli keranjang untuk sepeda baru. Hehehehhe.
Maaf yaa lama nggak apdet. Pas liat statistik jadi lumayan bersalah juga ninggalin blog ini. Huhuhu kayaknya konsisten emang bukan nama tengah gue deh (Lah iya kan nama tengah gue Hatmojo).
📸 Foto-foto Belakangan Ini:








