I'm a Proud Storyteller.
dan sedikit penjelasan soal video YouTube terbaru
__
Gue selalu bingung ketika ditanya “Apa kerjaan lo?”
Mau disebut konten kreator, tetapi gue juga menulis buku. Gatau kenapa tapi konten dan tulisan kayaknya bukan dua kata yang pas untuk disandingkan. Sekarang, orang selalu mengaitkan konten dengan video. Jadi, kalau gue jawab pertanyaan tersebut dengan konten kreator, orang itu pasti akan balas dengan pertanyaan lanjutan: “Bikin konten apa?” yang maksudnya gue bikin video tentang apa.
Beberapa orang di luar sana lain lagi. Mereka tidak ingin kontennya disebut konten, melainkan seni. They’re treating their content as an art. Apakah gue salah satu di antaranya? Gue juga nggak tahu.
Gue tidak tahu apa yang gue lakukan, sampai gue ketemu satu kata ini: storyteller.
Pencerita.
Sebuah kata yang tidak terbatas pada satu medium tertentu. Tidak mengikat. Dan tentunya keren dipandang masyarakat. Hehehe.
Kebanyakan dari kita jadi kreator karena tidak sengaja. Gue mulai dari seorang marketer yang mengurusi branding, lalu memulai bikin TikTok dengan username super ribet (.rand0mkid) biar nggak ada yang tahu. Bayangin, itu nama akun udah pake tanda titik, pake angka nol lagi. Udah kayak anak baru puber. Gue tidak nyaman dengan kesadaran bahwa ada orang melihat apa yang gue buat. Apalagi video gue sangat personal. Tentang koleksi momen-momen yang gue alami.
Namun seiring berjalannya waktu, akun yang niatnya gak pengin ditonton ini malah rame.
Gimana ya. Namanya juga orang keren. (lho?)
Lima tahun kemudian, gue jadi diri gue yang sekarang. Yang telah berdamai dengan ketidaknyamanan itu. Yang justru bangga bisa hidup sebagai storyteller.
Seperti halnya gue bangga dengan video YouTube yang terakhir ini. Kayak, apa, ya. Sedikit banyak gue mengerti mereka yang bilang “I treat my content as an art” tadi. Gue paham keperfeksionisan itu. Mikirin detik demi detik frame yang masuk ke dalam video. Alasan dibalik pemilihan lagu. Gimana retake voice over berulang kali cuma demi dapatin intonasi yang gue mau.
Mungkin gue tidak seseniman itu. Belum. Tapi gue sedikit paham rasanya. Kalau orang-orang tadi membuat seni dan menyebarkannya melalui konten, karya seni gue justru terbentuk dari koleksi momen dalam hidup. Bahasa gaulnya, my art is a collection of my moments. Anjay guranjay.
Jauh lebih sederhana, kecil, tetapi gue bangga. Gue bangga karena gue bisa terus belajar membuat karya yang lebih baik. Gue bangga karena karya seni gue hanya bisa dibuat oleh diri gue sendiri.
Persoalannya, kenapa video kali ini tentang “Jangan Khawatir, Masih Banyak Hal Indah di Luar Sana”?
Jawab: karena basically, di tahun ini gue tidak sebertualang itu. Sebagian besar tahun ini gue habiskan di Bali (ya, gue belum melanjutkan projek Mencoba Tinggal). Gue belajar merawat tanaman. Gue menjual mobil lalu membeli sepeda. Gue coba eksplor fashion. Beli kacamata yang minusnya sesuai untuk pertama kalinya.
Tahun ini, gue beres-beres diri gue sendiri. Melihat ke dalam, memperhatikan sekitar.
Anehnya, ternyata banyak banget hal indah yang gue temukan. Yang dekat-dekat. Kayak, “Anjrit! Selama ini gue ke mana aja?” Kalo lo tonton videonya, lo bisa pause di mana aja, dan gue pastiin lo akan menemukan satu keindahan di dalamnya.
Hal lain yang bikin gue bangga dengan videonya adalah, seperti yang gue bilang di awal, ada banyak cerita dalam setiap frame yang tidak gue sampaikan dengan eksplisit. Mungkin ini ya satu hal yang nggak akan tergantikan AI? Mereka bisa bikin gambar yang jauh lebih baik dan artistik dibanding manusia, tapi mereka nggak akan bisa menyisipkan kenangan pada manusia yang ada di dalamnya.
Frame ini, misalnya. Terjadi setelah Nanda latihan boxing. Dia baru pertama kali nyoba latihan, dan, nyasar ke kos gue selama dua jam di perjalanan. Lalu jadi lah mengomel sepanjang waktu.
Atau shot jelek ini, yang terjadi setelah kami hujan-hujanan sepanjang perjalanan Denpasar - Kintamani - Ubud. Di Kintamani, tidak ada yang terlihat selain kabut… yang bahkan sampai masuk ke dalam coffeeshop-nya.
Shot nangis laknat ini, apalagi. Gue di hotel di Lampung. Setelah makan AW, entah gimana keputar lagu Kunto Aji yang Melepas Pelukan Ibu. Lagu yang gue baru tahu saat itu gara-gara Spotify (thank you loh ya, kampret). Sewaktu nenggak rootbeer, rasanya kayak nada di lagu ini ada yang aneh. Gue nggak lanjutin makan. Duduk pakai headphone gede (ya, diam kalian tidak usah komentar!). Karena situasi mal sedang ramai, gue nggak bisa dengerin jelas liriknya, tapi gue suka musiknya. Kayak, musik-musik yang cocok disetel orang merantau dan di muka pintu bilang “Oke, sekarang waktunya gue yang usaha. Jangan khawatir ya, Pak, Bu. Bismillah gas!”
Begitu masuk kamar hotel, gue rekam karena pengin karaokean aja sambil baca lirik. Tapi ternyata gue nangis. Nangis terparah sepanjang tahun ini. Gue bisa sangat relate dengan lagu ini karena ini yang gue bilang untuk diri gue sendiri di tahun ini. “Bu, jangan takut. Aku keluar rumah karena ini waktunya aku.” Sebuah perasaan dari anak bungsu yang akhirnya memutuskan mandiri, tapi sisi ironisnya adalah, buat gue meninggalkan rumah berarti meninggalkan nyokap sendirian.
And it breaks my heart. So much.
Sampai hari ini, tiap kali denger lagu itu masih ada perasaan nyesss mantab gitu lah pokoknya anjing.
Makanya, kalau ditanya seberapa bangga gue dengan video itu gue akan jawab sebangga gue melewati tahun ini. Sebangga gue menemukan hal-hal indah–termasuk tetap bisa hidup dengan melakukan apa yang gue suka.
Jadi, gue harap lo merasakan sesuatu setelah menonton videonya. Semoga lo bisa menemukan banyak hal indah yang ada di hidup lo setelahnya. Harapan gue lo bisa melihat apa yang sebelumnya tidak bisa lo lihat… di sekitar lo sendiri. Di hal-hal yang sebenarnya ada di dekat lo.
Kayaknya gitu dulu kali ya untuk postingan ini. Hehehe. Kalau ada yang mau ditanya soal videonya, komen aja atau DM di Instagram ya. Gue akan jawab-jawabin di postingan setelah ini!
Ciao!
Kresnoadi DH.
__
Kalau suka karya gue dan mau bikin gue rajin ngepost, bantu support dengan klik ini:
📝 Yang Gue Lakukan Belakangan Ini:
Gue sakit seminggu anjirrrr makanya videonya mundur dari rencana awal yaitu minggu kemarin!
Lagi suka sepedaan ke tempat kopi dekat kos. Namanya Madre.
Baru download game Pokemon Unite. Lumayan seru juga tapi takut kalo udah main game bakal ketagihan dan lupa dunia. Hehehe.
🧠 Yang Gue Pikirin Belakangan Ini:
Pengin bikin banyak video yang ada brand di dalemnya! Hohoho.
Oh iya. Udah lama juga nih nggak beli buku lagi. Kemaren sempet nyari Conversation On Love tapi kok di Gramed nggak ada ya. Apa ini waktunya beli buku via online?
📸 Foto-foto Belakangan Ini:















bang hape lo apa sih, shoot filternya kaya bukan ip tapi kaya bukan andro juga
spill cobaa??????