__
Gue punya teori bahwa sebuah ruangan akan menjadi milik kita setelah ditinggali lebih dari dua bulan.
Kamar ini sudah gue tempati selama tiga bulan.
Gue duduk di sisi tempat tidur. Menulis ini dengan posisi agak bungkuk. Laptop di atas meja lampu sebelah kasur.
Berhenti sebentar, gue memandangi kamar ini. Sekali lagi.
Lantainya bersih karena baru gue sapu. Kulkas yang kosong. AC dengan dua bungkus stella aroma kopi yang menggantung. Satu kardus pop mie yang sudah dilakban dengan asal. Di sebelahnya, dry bag 20 liter dililit ke tripod. Keduanya akan dikirim sore ini. Lalu, tersisa satu ransel kecil. Satu ransel kecil di sebuah ruangan yang terlalu besar jika dibiarkan kosong.
Rasanya hampa.
Kamar ini akan kembali seperti saat tiga bulan yang lalu, ketika pertama kali gue datang.
Lucu bagaimana setiap sudut tempat yang sudah kosong ini punya ceritanya masing-masing. Sudut depan lemari itu, misalnya. Tempat gue meletakkan paperbag sport station karena akhirnya gue beli sepatu yang gue idam-idamkan sejak lama. Atau meja dapur di samping wastafel itu, yang biasanya berisi tumpukan mie dan kopi yang gue beli di Tiara. Juga kombinasi gelas yang gue bawa dari Jakarta dan peralatan makannya. Saat-saat gue happy karena baru masuk kosan dan mulai mengisinya. Atau bagaimana peralatan kamera di rak bagian atasnya telah merekam semuanya. Semua petualangan selama tiga bulan ini. Mulai dari rusaknya hape gue karena jatuh ke air. Panik karena tidak tahu arah pulang. Saat-saat gue baca buku sendirian di pantai. Atau ketika menemukan tempat paling indah di Bali bagian timur. Atau, atau, bagaimana kulkas itu menjadi saksi bahwa gue adalah makhluk paling mager sedunia. Kulkas itu hanya beberapa kali gue isi. Seringkali chiki (ya, gue suka chiki dingin) dan minuman yang, biasanya gue minum sambil jongkok di depannya, lalu meletakkannya kembali. Terakhir kali gue cek, entah berapa botol minuman kosong di dalam kulkas itu. Atau selimut biru yang gue beli di Ace Hardware ini. Selimut yang ternyata bikin manis suasana kamar yang dipenuhi unsur kayu dan coklat ini.
Besok, cerita gue akan berakhir. Dan seperti seharusnya, berganti menjadi cerita orang lain.
Lalu, di antara kekosongan ini, gue jadi kepikiran. Seperti apa penghuni sebelum gue? Bagaimana hubungan orang tersebut dengan kamar ini? Gue mikirin berbagai kemungkinan yang terjadi. Apakah dia petualang juga seperti gue? Atau sepasang kekasih yang sedang bulan madu? Di mana mereka sekarang? Bagaimana cara mereka ketemu pertama kali? Well, paling tidak, mudah-mudahan, sama seperti gue, tempat ini meninggalkan memori yang menyenangkan untuk mereka. Bahwa tempat ini mengingatkan mereka kalau mereka pernah keluar pukul setengah enam pagi, pergi naik motor gelap-gelapan ke Sanur, lalu duduk menunggu sunrise. Bahwa tempat ini jadi saksi rahasia mereka, atau rencana-rencana yang hanya mereka berdua yang tahu. Bahwa tempat ini bikin mereka lebih kenal satu sama lain, atau, paling tidak diri mereka sendiri.
Menunggu Nat, gue berjalan ke Circle K.
Di luar ada manusia.
Di luar ada banyak manusia yang tidak gue kenal.
Setiap dari kita sangat asing, tapi ternyata punya banyak kesamaan.